Workshop Seni di Bonapasogit
Perhelatan “Konser Mulak tu Bonapasogit” di Harian Boho, Samosir, juga diisi dengan workshop penulisan puisi, perfom seni, sosialisasi Geopark Kaldera Toba serta doa untuk Sitor yang diikuti masyarakarat setempat. Kegiatan bertempat di kompleks rumah Sitor Situmorang. Sehari sebelumnya juga digelar workshop menggambar serta melukis Danau Toba yang diikuti oleh puluhan anak Harian Boho. Kebanyakan mereka adalah anak-anak TK dan SD.
Sembari itu juga digelar kegiatan pembersihan Danau Toba, oleh Forum Generasi Muda Batak. Kegiatan “Konser Mulak tu Bonapasogit” digagas Rumah Karya Indonesia (RKI) bersama musisi Batak Toba, Martahan Sitohang dan Hardoni Sitohang, serta berbagai komunitas seni dan para pegiat lingkungan yang tersebar di sejumlah daerah di Indonesia.
Antara lain, Forum Generasi Muda Batak, Horja Bius, TnF Brass band, mahasiswa etnomusikologi USU, Seniman Muda Batak, Pusat Pengkajian dan Dokumentasi Batak Nommensen dan Jendela Toba.
Secara khusus workshop dan penulisan puisi mengambil tema Sitor Situmorang dan Danau Toba. Puisi-puisi ini nantinya akan diterbitkan ke dalam buku “Seribu Sajak Tao Toba” jilid ke-II. Demikian ditegaskan kordinator “Konser Mulak Tu Bonapasogit”, Aquardes Pakpahan.
Lebih jauh Aquardes menjelaskan, jauh hari sebelum Sitor meninggal, RKI bersama Martahan Sitohang sudah dan berbagai komunitas seni dan pegiat lingkungan, telah berniat menggelar apresiasi khusus untuk Sitor di Medan dan tanah kelahirannya, Harian Boho.
Puncak “Konser Mulak Tu Bonapasogit” berlangsung pada 30 Desember 2014 bertempat di halaman SMP Negeri 1 Harian Boho. Sejumlah pengisi acara ikut berpartisipasi. Di antaranya Martahan Sitohang, Naomi Lumban Gaol, kelompok musik Horja Bius dari Jakarta, Paulus Simangunsong (Teater Koma) Jones Gultom (RKI) mahasiswa etnomusikologi USU, TnF Brass Band, anak-anak SMP Negeri 1 Harian Boho, dan sejumlah seniman lainnya.
Pendapat sama diungkapkan Kordinator Artistik, Fedricho Purba. Dikatakan Fedricho, salah satu tujuan konser ini adalah untuk menghidupkan kembali potensi seni, budaya dan pariwisata Samosir, khususnya dalam bingkai Geopark.
“Kita harus menghidupkan kembali potensi yang ada di Samosir khususnya serta kawasan Danau Toba pada umumnya. Tujuannya tak lain adalah agar terjalin sinerjisitas antara kelestarian lingkungan, pariwisata, seni dan budaya yang berbasis ekonomi kerakyatan,” tutur Fedricho.
Konser Mulak tu Bonapasogit adalah pintu awal untuk menggerakkan kesadaran dan tanggungjawab semua pihak, khususnys seniman untuk memberikan sesuatu yang terbaik bagi daerahnya. Sudah waktunya para seniman memberi perhatian bagi kampung halamannya, sekaligus menghidupkan kantung-kantung kesenian di tempat asal seniman. Jika kesadaran ini tidak muncul, maka akan dipastikan hidup kesenian itu akan mengalami regenerasi, demikian dijelaskan Tanaka Manalu mewakili TnF Brass Band.
Ia berharap “Konser Mulak tu Bonapasogit” menjadi agenda tahunan, tidak hanya di Harian Boho, melainkan di daerah lain di Kawasan Danau Toba.
“Kita harus menyadarkan kembali fungsi kesenian, terutama bagi anak-anak muda. Sehingga perspektif mereka terhadap dunia seni dan pola kerjanya, semakin luas. Dengan begitu para seniman akan memperlihatkan tanggungjawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya,” kata Tanaka.