Mengenal Budaya Batak Bag. 1
Membicarakan budaya tentu saja tidak ada habisnya, karena budaya itu akan tetap ada selama manusia eksis. Setiap jaman memiliki budayanya sendiri, budaya dapat berkembang atau tidak tergantung dari manusia yang menjalaninya. Manusia dan budaya adalah dua hal yang saling berkaitan, yaitu manusia dengan kemampuan akalnya membentuk budaya dan budaya dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya menjadi landasan moral dalam kehidupan di lingkungan sosial. Dan biasanya budaya yang sudah dibentuk beserta nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat akan diwariskan kepada keturunannya, sehingga budaya dan nilai-nilai tersebut mampu hidup sampai masa kini.
“Keterkaitan budaya dan manusia ini sebenarnya sudah melekat dari etimologi kata budaya yang berasal dari bahasa Sansekertta, yaitu Buddhayah merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal manusia. Sehingga, dapat dinyatakan bahwa budaya telah ada sejak manusia berpikir dan akan menjadi suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok dan diwariskan dari generasi ke generasi”.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang sangat bervariasi, termasuk system kepercayaan, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian bangunan dan karya seni. Biasanya sebuah budaya mempunyai cirri khas tersendiri dari budaya yang lain, kelompok masyarakat dengan budayanya akan mengembangkan unsure unsur budayanya.
“Sebagai contoh satu hal yang menjadi unsur pembentuk budaya adalah pakaian atau kain. Pakaian atau kain sangat melekat dengan kehidupan manusia dan diwariskan kepada keturunannya. Baik itu proses pembuatannya atauapun symbol-simbol (motif) tertentu yang ada di dalamnya. Dalam budaya adat Batak, ada sebuah kain yang menjadi ciri khas suku Batak yaitu ulos. Ulos merupakan jenis kain tenun berbentuk selendang yang ditenun dengan tangan dan eksistensi ulos dapat dilihat jelas pada upacara adat Batak. Ulos masih digunakan hingga pada saat ini, baik dalam upacara adat maupun dalam kehidupan sehari-hari dengan kuantitas yang berkurang. Sebuah pepatah Batak mengatakan, “ijuk pangihot ni hodong, ulos pangihot ni holong”, yang berarti ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya, ulos pengikat kasih sayang antara sesama. Walaupun ulos hanya sebuah kain tenun, ulos itu istimewa dan menjadi simbol restu”.
Pada awalnya ulos digunakan sebagai kain yang memberi kehangatan, karena memang secara harafiah ulos ini memiliki arti selimut yang digunakan untuk menghangatkan tubuh. Di zaman dahulu, nenek moyang suku batak juga menggunakan ulos sebagai pakaian sehari-hari. Namun saat ini seiring dengan perkembangan jaman, hal ini telah mengalami pergeseran, ulos tidak lagi dipakai sebagai pakaian sehari-hari karena suku batak telah mengadopsi pakaian ala Eropa yang diperkenalkan oleh para misionaris yang datang ke tanah batak. Ulos kini disimpan dan hanya digunakan saat pesta adat, dan dalam pesta adat tersebut jenis-jenis ulos dan fungsinya juga harus dipahami.
“Manusia sebagai makhluk berbudaya yang dengan kemampuan akalnya akan berkreativitas untuk melestarikan kebudayaannya, begitu juga suku Batak memberikan kreativitas dalam penggunaan ulos. Suku Batak tidak lagi memandang ulos hanya sebagai unsur budaya yang hanya berupa selendang, ulos sudah berkembang dapat dimodifikasi menjadi sebuah jas dengan motif ulos yang dipakai oleh kaum pria, dan kain sarung yang dipakai oleh kaum wanita. Terlepas dari nilai yang dipercayai akan sebuah Ulos, saat ini Ulos sudah menjadi bagian fashion, ulos juga dapat dikembangkan sebagai aksesoris dan bahan untuk tas dan barang lainnya”.
Perkembangan dari modifikasi ulos dapat menjadi sumber ekonomi baru bagi suku Batak apabila memang mampu dikelola dengan baik, setelah makin terkenalnya Ulos maka pecinta Ulospun bermunculan bukan hanya dari Indonesia saja, namun juga dari luar negeri. Dan jika disadari oleh pemimpin daerah, seharusnya hal ini bisa dimanfaatkan untuk menopang ekonomi masyarakat batak, terutama yang tinggal di Pulau Samosir sumatera utara. Suku Batak bisa menjadi pengrajin aksesoris yang akan menghasilkan aksesoris dengan menggunakan motif ulos, pengrajin tas, dan juga menjadi perancang busana. Di Indonesia dikenal sebuah kain songket Palembang yang digemari oleh kaum wanita. Apakah ulos dapat menjadi pilihan lain dari kain songket Palembang yang diminati kaum wanita?
“Ulos adalah sebuah budaya dan budaya hendaknya dilestarikan, terlebih untuk menunjukkan eksistensi dari suku Batak, dan harapannya bukan hanya suku Batak saja yang mengenal, tapi juga orang Indonesia dan kalau bisa eksistensi ulos terlihat hingga ke luar negeri. Ulos tak akan pernah mati, dan semoga saja timbul kesadaran untuk mencintai Ulos sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat batak. Ulos memiliki nilai spiritual, namun juga memiliki nilai ekonomi yang mungkin saja bisa menghapus kemiskinan dari wajah kaum batak yang terpinggirkan di samosir. Kesadaran ini harusnya menjadi motor ide untuk pemerintah menjadikan Ulos sebagai bahagian penting dari kebijakannya. Lihat saja di banyak pulau dengan kewajiban menggunakan batik pada hari tertentu, Ridwal kamil yang membuat semua PNS harus menggunakan Ikat kepala sunda di jawa barat pada hari-hari tertentu”.
Semoga saja Ulos ini tidak hanya tinggal kenangan, dan semoga saja ulos mampu hidup setiap jaman bersama masyarakat.
** Tulisan ini dibuat agar menjadi pembahasan bersama orang-orang yang mempunyai kepedulian terhadap budaya batak, dan juga menjadi bagian dari Program Forgemsi Biro Kerjasama Seni dan Budaya Batak
Sumber Foto http://www.youtube.com/watch?v=XnRPOI2qK6c
Keterangan Gambar: Boru Simarmata Penenun Batak diliput MetroTV dalam acara Archipelago Samosir