
Pdt Mixon Simarmata MTh: Berbisnis Dilihat Dari Sudut Pandang Kekristenan
Medan, SIMARMATA.or.id – HKBP Padang Bulan melaksanakan seminar tntrepreuner dengan tema “Menjadi Entrepreuner yang Kreatif dan Inovatif”, di gereja HKBP Padangbulan, Jl Jamin Ginting Km 6 Medan, Minggu 3 September 2017. Kegiatan ini dalam rangka tahun orientasi pendidikan dan pemberdayaan HKBP. Tampak ratusan jemaat HKBP mengikuti seminar dengan antusias.
Narasumber antara lain Dosen STT HKBP Pdt Mixon Simarmata MTh yang membahas entrepreneur dari sudut kekristenan. Lalu Dosen Politeknik Mandiri Bina Prestasi (MBP) Lamhot Pasaribu MSI sebagai narasumber sudut pandang sekular.
Dalam pemaparannya, Mixon Simarmata mendefinisikan bisnis sebagai usaha (pribadi/kelompok) di bidang barang dan jasa, yang tujuannya laba. Dalam Alkitab, tidak ada ditemukan ‘bisnis, tetapi praktek bisnis ada.
Misal, dalam Perjanjian Lama, Ulangan 24 memberikan pinjaman dan jaminannya sarung. Namun malam hari, sarung dikembalikan ke pemilik. Lalu Perjanjian Baru, Yudas Iskariot terlibat trafficking dan Martha seorang workaholic atau ‘gila kerja’.
Mixon lalu bertanya, adakah bisnis dalam Gereja? Bagaimana dengan penjualan surat indulgensia (pengampunan dosa) yang pernah terjadi di sejarah gereja? Di masa kini, lelang sudah seperti cara mencari dana. Apakah lelang di gereja, merupakan bisnis?
Menurut Mixon Simarmata, ada beberapa jenis budaya Gereja. Pertama, Gereja Aristokrat. Mereka menganut pemisahan tegas antara klerus dan awam, sakralisasi simbol-simbol, serta pemutlakan tradisi.
Kedua, Gereja Birokrat, mengutamakan aturan dan ketertiban, banyak persyaratan dan formalitas, lamban dalam ambil keputusan, serta serta sukar melakukan perubahan/terobosan.
Ketiga, Gereja Enterprise yang memberi tempat bagi inisiatif dan kreatifitas individual, dinamis, flexible terhadap tradisi dan aturan, menyambut perubahan, serta berani mengambil resiko (misal Pekabaran Injil.
Lebih lanjut, Dosen STT HKBP Pematangsiantar ini memaparkan adanya kritik terhadap ajaran Yesus. Pertama, etika Yesus dianggap tidak cocok karena Yesus hidup di dalam pedesaan. Kehidupan desa tidak kompleks. Kedua, orang atau gereja mereduksi etika Yesus sampai/agar dapat diterima oleh semua orang
Ketiga, etika Yesus dianggap dipengaruhi situasi akhir zaman akan datang. Itulah sebabnya orang mainstream membuat etika INTERIM (sementara) ketika di dunia ini. Etika mainstream mengatakan selalu ada dua kutub, yakni ruang publik dan ruang private. Pada dasarnya ini merupakan warisan pemikiran Plato.
Keempat, eEtika Yesus dianggap dapat dikembangkan dalam ruang private, tidak di ruang publik. Kelima, etika Yesus dianggap tidak realistis.
Pada bagian akhir pemaparannya, Pdt Mixon Simarmata menjelaskan sumbangan Teologi terhadap bisnis. Pertama, figur Yesus sebagai seorang entrepreneur. Inovatif (tidak mati dengan satu cara), kooperatif, memberi diriNya untuk seluruh umat manusia(orientasi umat/pelanggan), dan berani melakukan kebenaran, bersukacita).
Kedua, Konsep Alkitab tentang Sabat dan Bekerja. Sabat = dikhususkan dan dikuduskan. Tidak hanya berhubungan dengan hari. Namun juga berhubungan dengan Ekologi : Tahun Yobel, pembebasan tanah untuk tidak ditanami, bahkan memberikan kesempatan bagi orang lain.
Berhubungan dengan kepemilikan. Pemilik yang absolut atas seluruh kosmos ialah TUHAN bukan manusia. Sistem dominasi membuat kepemilikan bersama menjadi kepemilikan absolut. Sikap kita harus mendefenisikan ulang makna kepemilikan (bnd. 2 Kor.8:9)
Ekonomi secukupnya, berarti bukan sesuai keinginan tetapi kebutuhan. Gaya hidup konsumtif dan hedonisme.Karena belajar hidup bersyukur dan mencukupkan diri kalau tidak akan menghalalkan segala cara.
Proses ketaatan dalam ekonomi, sebagai alternatif atas sistem yang menindas dan memperbudak. Sistem dominasi berdampak pada relasi dalam komunitas. Gaya hidup berbagi dan memberi. Paradigma atas harta yang dimiliki, apakah anugerah atau perjuangan diri? Paradigma atas aktualisasi diri, apakah kaya agar dihargai atau ….? Berbagi adalah bagian dari ibadah (bnd. Yes.58:6-12, Yak.1:27).
Kesimpulan tentang Sabat menurut Mixon, memiliki dimensi keadilan, yakni hubungan baik antar sesama. Memiliki dimensi integritas moral, yakni tidak ada kelicikan, penipuan, kemunafikan atau kutuk.
Ketiga, sikap kritis Yesus terhadap individualisme maupun komunalisme. Lihat kisah Alkitab, mendirikan tiga tenda, memarahi anak-anak yang datang pada Yesus, dua roti lima ikan, dan pembersihan Bait Suci.
Perjamuan Kudus sebagai penghargaan dan refleksi teologis terhadap enterpreneurship. Equal adalah semua subyek serta berbagi dan bersyukur. (pelitabatak)