Berita SamosirBudaya dan Tarombo

Suku Batak Mengikuti Pola Hidup Cicak (Boraspati): Mudah Beradaptasi Dengan Lingkungannya

Medan, SIMARMATA.or.id – Yang menarik bagi orang Batak di masa lalu adalah binatang yang sering mereka lihat di rumah, yaitu cicak (boraspati). Apa yang membuat cicak menarik minat orang Batak dahulu sehingga dijadikan lambang bagi kehidupan mereka.

Munculnya filosofi tersebut bermula dari pengamatan leluhur masyarakat Suku Batak terhadap pola hidup cicak yang bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Cicak bisa hidup di lantai, di dinding, di lorong, di atap dan di mana saja. Dalam cengkeraman kucing pun, cicak bisa meloloskan diri dengan melepas umpan ekor pengelabu.

Walaupun bertubuh kecil dan ramping dengan empat kaki yang pendek, ternyata gerak-gerik cicak (boraspati) yang bergerak cepat di segala tempat sangat menarik dan mengandung suatu keunggulan bagi orang Batak. Keunggulannya bukan karena kuat seperti gajah, ganas seperti harimau atau beracun seperti ular, tetapi adalah kemampuannya bergerak dan dapat lengket di berbagai tempat baik di tanah, lantai, dinding rumah atau pun atap rumah. Cicak seperti binatang yang bisa lengket di mana saja dan pada permukaan apa saja, tanpa jatuh. Cicak memiliki jari-jari kaki yang mengandung daya perekat terhadap beragam bentuk dan posisi permukaan.

Leluhur masyarakat suku Batak berharap generasi penerusnya harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya di manapun ia berada. Seperti kita ketahui, masyarakat Suku Batak kebanyakan merantau ke daerah lain. Maka diharapkan di daerah perantauannya Suku Batak harus dapat beradaptasi dengan lingkungan dan dengan masyarakat setempat. Sehingga akan tetap bertahan, bagaimana pun situasi dan kondisi yang dihadapinya.

Filosofi itu juga yang diterapkan dalam pergaulan masyarakat Suku Batak. Harus dapat bergaul dengan siapa saja dan menyikapi dengan bijak perbedaan-perbedaan yang ada dalam suatu lingkungan, sehingga pada akhirnya bisa hidup di mana saja.

Seseorang yang merantau, bisa lengket di kampung orang lain berarti bisa hidup dan menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di kampung lain. Filosofi “lengket” yang ditampilkan oleh gerak-gerik cicak itu begitu bermakna dalam bagi leluhur orang Batak sehingga sejarah menunjukkan bahwa orang Batak menggunakan Boraspati sebagai lambang kehidupan mereka. Dahulu, dengan bergaya hidup seperti Boraspati, yang bergerak lincah dan dapat diterima di berbagai lapisan masyarakat, orang Batak meyakini akan dapat mencapai sukses dan tidak akan jatuh.

Di masa lalu, Dalihan Na Tolu merupakan perpanjangan dari prinsip Boraspati, yang menunjukkan lebih jelas bagaimana menjalankan cara hidup “lengket” tersebut menghadapi berbagai pihak, khususnya di lingkungan masyarakat Batak. (tob/pus/det)

Janner Simarmata

Dr. Janner Simarmata, S.T., M.Kom. (C.SP., C.BMC., C.DMP., C.PI., C.PKIR., C.SF., C.PDM., C.SEM., C.COM., C.SI., C.SY., C.STMI INT'l., CBPA., C.WI.) Humas DPP Punguan Pomparan Ompu Simataraja Raja Simarmata Dohot Boruna Se Indonesia, di mana sebelumnya adalah Ketua Bidang Infokom DPP diperiode kepengurusan tahun 2008-2012, 2012-2016 dan 2016-2023. Dia juga yang mengelola website SIMARMATA.OR.ID sejak tahun 2008-2022, kini diangkat menjadi Dewan Pakar DPP.

Artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button