Kisah Febrina Valentine Munthe, Korban Selamat Tragedi Air Terjun Dua Warna Karena Mujizat Tuhan
Medan, SIMARMATA.or.id – Febrina Valentine Munthe Mengkisahkan mereka ke Sibolangit, air terjun dua warna bersama rombongan GMKI Fakultas Kesehatan Masyarakat USU untuk melakukan kegiatan keakraban yang diikuti sekitar 28 orang, Minggu, (15/5/16).
“Sebelum menuju kelokasi air terjun dua warna, mereka melakukan ibadah singkat di penginapan pada pukul 09.00 wib,” tulis Febrina di dinding facebooknya.
Berikut adalah cerita Febrina yang ditulis didinding facebooknya dan kini telah dishare oleh ribuan orang.
Minggu 15 mei 2016 adalah hari bersejarah buat aku dan teman” rombongan ku Gmki Fakultas Kesmas Usu dimana kami (28 orng) melakukan kegiatan keakraban di sibolagit, air terjun dua warna. setelah melakukan ibadah singkat di penginapan pd minggu pagi, tepat pukul 09.00 wib kami bersama” bersiap hendak ke air terjun dua warna. masih teringat jelas senyum dan semangat yg menggelora untuk menempuh perjalanan ke air terjun. kami tidak menyangka senyum itu akan berubah menjadi jerit tangis dan penyerahan diri kepada Tuhan karena banjir bandang yg datang menghampiri kami di atas.
Setelah menempuh perjalanan selama 3 jam lebih kami sampai di air terjun dua warna, tp bukan keindahan yg dpt kami rasakan tetapi musibah. 15 menit setelah kami sampai, tiba” hujan turun dan kemudian berubah menjadi terjangan air yg sgt besar.
awalnya kami mengira itu biasa, tetapi ternyata tidak.
Melihat air yg datang seperti tsunami kami semua berlari ke tempat yg lebih tinggi, teriakan kakanda Gibeon Ippo untuk kami semua merapat ke tebing, setiap pria menanggung jawapi 2 wanita dan tetap bergandengan tangan.
Sementara Abdon Marke ßäncin Iron Tambunan kakanda gibeon dan bang freddy tumanggor menjadi pagar pelindung kami dri sisi terluar yg plng dekat dgn air.
kami berlindung di tepi tebing saling bergandengan dan berpelukan, prinsip kami tetap berpegangan apapun yg akan terjadi.
Hujan lumpur, badai, gemuruh petir, batu dan kayu yg berjatuhan menimpa kepala dan badan, angin kencang semuanya kami rasakan.
Air hujan yg bercampur lumpur yg menerpa kami rasanya seperti ditusuk” jarum, blom lagi batu dan kayu yg menghantam badan dan kepala kami. Tidak peduli lagi dgn lumpur yg sudah masuk ke dlm mulut, telinga dan hidung kami, kami hanya terus berseru pada Tuhan. Tanah yg kami pijak saat itu pun terasa bergetar dan bergoyang. Tidak tergambarkan perasaan saat itu, yg ku rasakan saat itu adlh seperti ini rupanya berada di ambang maut.
30 menit lebih kami bertahan dlm kondisi seperti itu, terpaan lumpur semakin kuat saja ku rasakan. Jerit tangis, nyanyian, dan doa hanya itu yg dapat ku dengar saat itu, dlm hatiku aku hanya berkata jika memang saat ini aku harus mati di tempat ini dlm keadaan seperti ini aku hanya meminta kepada Tuhan untuk menguatkan orang tua ku. Agar mereka kuat apabila memang aku harus mati saat itu.
Aku pasrah dan ikhlas Tuhan, krn aku yakin dgn janjiMu. hanya itu yg bisa ku pikirkan saat itu.
30 menit lebih kami semua berada dlm kondisi antara hidup dan mati. Kami tidak tau seperti apa keadaan saat itu disekeliling kami krn kami tdk dpt melihat krn kami bermandikan lumpur tanah, namun tiba” salah seorang dari rombongan kami bang Freddy Tumanggor keluar dri barisan dan berkata orng percaya tdk takut mati, dengan slogannya “bodok amat” dia berjalan ke dpn mencari jalan keluar dengan meraba” krn gelap dan lumpur. Ternyata ada tempat di bawah yg dpt kami jd kan tempat berlindung walau lebih rendah dan konsekuensi lebih berat. Awalnya ada keraguan tp krn memang tanah yg kami pijak sudah mulai longsor kami mulai berjalan ke arah depan.
Kuasa Tuhan itu luar biasa kami rasakan, dia menunjukkan jalan agar kami bisa selamat dri bencana itu. Luar biasa sekali, dengan hujan lumpur yg menerpa kami, batu dan kayu yg menghantam kami, angin kencang dan air yg sangat deras kami bisa selamat tanpa ada luka parah, hanya lebam” sedikit krn hantaman kayu dan batu dan goresan” kecil. Nyata sekali mukzijat Tuhan Yesus pada kami, dia selamatkan kami disaat memang hanya kematian yg sudah ada di dpn mata. Kami dtng dgn 28 orng dan kembali dgn 28 orng jg. Bencana yg luar biasa dan kami bisa keluar tanpa luka. Luar biasa sekali Tuhan itu.
Walau dlm keadaan seperti itu Tuhan jg memberi kami kekuatan untuk tetap fight dlm membantu orng” yg terluka.
Setelah hujan sedikit reda, kami mulai membuat tenda” dri terpal” yg ada untuk tempat berteduh, membuat api untuk yg kedinginan. Dan membantu orng” yg terluka dan butuh pertolongan.
Setelah badai sedikit reda ternyata kedinginan menerpa kami, ada beberapa dri kami yg mengalami hipotermia. Kuasa Tuhan itu masih bekerja bagi kami, krn kami bisa menghidupkan api di tengah hujan dan semua ny basah, kami jg bersyukur krn kami memiliki pria” tangguh dlm tim kami. Mereka berusaha mencari kayu, membakar pakaian dan sepatu untuk menghidupkan api. Suatu mukzijat api bisa hdp dri pakaian basah dan sepatu basah yg kami miliki saat itu sehingga kami tdk kedinginan lagi.
Hampir 6 jam lebih kami menunggu agar hujan berhenti agat kami bisa kembali ke bawah. akhirnya sekitar pukul 6 sore kami berjalan untuk plng, dlm kondisi gelap dan senter apa adanya kami berjalan menyusuri hutan untuk kembali pulang. Kmi semua tetap fight, adik” stambuk kami yg 2015 jg fight semua, tdk ada yg manja dan mengeluh sedikitpun. Malah mereka bisa jd ranger kami.
Perjalan yg sgt menyakitkan krn aku harus berjalan dlm hutan tanpa alas kaki, melewati sungai, jalan yg terjal dan berbatuan. Tp lagi” aku merasakan mukzijat Tuhan, kaki ku baik” saja dan tdk terluka sedikitpun.
Oh Tuhan, Kau luar biasa
sangat” luar biasa
credit photo: www.facebook.com/febrina.valentine.9