Berita SamosirBudaya dan Tarombo

Siapakah Orang Batak Itu? Wajahnya ‘Marsuhi-Suhi’

Medan, SIMARMATA.or.id – Siapakah orang Batak itu? Bila Anda menanyakan ini kepada diri Anda sendiri, kira-kira apa jawaban Anda? Sekalipun Anda orang Batak, mungkin Anda akan sulit menjawabnya.

Pertanyaannya kelihatan sederhana. Mungkin jawaban-jawaban yang pragmatis bisa muncul. Misalnya, orang Batak adalah orang yang punya marga Batak. Kalau ini jawaban Anda, berarti orang-orang yang secara lahiriah diturunkan dari orang Batak, tapi tidak punya marga, ia bukan orang Batak. Beberapa puluh tahun lalu keluarga Batak tidak menuliskan marga anaknya di akte kelahiran agar tidak dianggap sebagai orang Batak. Kelompok orang Batak yang marganya tidak ditulis di akte kelahirannya mungkin bisa tersinggung kalau ia disebut bukan orang Batak kalau definisinya demikian.

Kalau disebut bahwa orang Batak adalah orang yang wajahnya ‘marsuhi-suhi’ seperti banyak dimiliki orang Batak yang asli datang dari Tanah Batak sana, jawaban ini mungkin tidak tepat bila ditujukan kepada orang yang lahir di Jakarta atau di perantauan. Khususnya, orang Batak yang lahir di Jakarta atau di kota tidak selalu mempunyai wajah ‘marsuhi-suhi’ seperti orang yang datang dari kampung Batak sana karena orang yang lahir di kota mendapatkan nutrisi lebih baik.

Kalau disebut siapakah orang Batak adalah orang yang bisa berbahasa Batak- jawaban ini juga tidak bisa diterima karena tidak semua orang Batak bisa berbahasa Batak, khususnya mereka yang lahir di perantauan, apalagi yang lahir di Bandung atau Jawab Barat, yang justru lebih fasih berbahasa Sunda sekalipun ia memiliki marga Batak di akte kelahirannya.

Kalau disebut orang Batak adalah orang yang beragama Nasrani- inipun tidak relevan karena sebagian orang Batak tidak beragama Nasrani. Ada yang beragama Islam bahkan masih ada di tanah Batak yang beragama Parbaringin.

Kalau kita katakan bahwa orang Batak adalah orang yang tidak bisa mengucapkan huruf e seperti orang Jakarta mengucapkan huruf e- ini juga tidak tepat. Memang ada perbedaan yang khas dalam hal pengucapan huruf e dari orang Batak yang datang dari Tanah Batak dengan orang Jakarta.

“Lebih mudah mendefinisikan siapa orang Nasrani atau orang Kristen dari pada
siapakah orang Batak.”

Lebih mudah mendefinisikan siapa orang Nasrani atau orang Kristen dari pada orang Batak. Kita bisa memberi ciri orang Kristen itu sebagai kelompok orang yang mengakui bahwa Yesus adalah Juru Selamat manusia yang telah menebus dosa-dosa manusia, menghadiri kebaktian secara teratur di hari Minggu, menerima baptisan dan mengikuti perjamuan kudus secara teratur sesuai jadwal dari gereja.

Ciri-ciri lain adalah bahwa orang Kristen bisa dikenali dari cara hidupnya yang membuat Alkitab sebagai landasan hidupnya. Jadi, merumuskan siapa orang Kristen itu jauh lebih mudah dari pada merumuskan siapa orang Batak.

“Jadi, bukan siapakah-orang-Batak yang penting, tetapi siapakah saya sebagai manusia dan potensi apa dalam diri saya yang dapat digali untuk kebaikan orang lain.”

Bagaimana memberi ciri kepada orang Batak? Paling pragmatis mungkin adalah bahwa orang Batak adalah orang yang secara phisik lahir di keluarga orang Batak termasuk yang kawin dengan bukan Batak. Namun, apa keunikannya? Saya tidak tahu apakah ini dapat disebut keunikan. Jika demikian, bukan jadi orang Batak yang penting, tetapi siapakah saya sebagai manusia. Apakah potensi yang ada dalam diri saya sebagai individu yang perlu digali untuk kebaikan orang lain? Menjawab pertanyaan ini jauh lebih penting dari pada sekedar mempertanyakan siapakah orang Batak sekaligus mengikis perasaan superior dari orang atau suku lain. (ppi)

Janner Simarmata

Dr. Janner Simarmata, S.T., M.Kom. (C.SP., C.BMC., C.DMP., C.PI., C.PKIR., C.SF., C.PDM., C.SEM., C.COM., C.SI., C.SY., C.STMI INT'l., CBPA., C.WI.) Humas DPP Punguan Pomparan Ompu Simataraja Raja Simarmata Dohot Boruna Se Indonesia, di mana sebelumnya adalah Ketua Bidang Infokom DPP diperiode kepengurusan tahun 2008-2012, 2012-2016 dan 2016-2023. Dia juga yang mengelola website SIMARMATA.OR.ID sejak tahun 2008-2022, kini diangkat menjadi Dewan Pakar DPP.

Artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button