Libur Paskah dan Akhir Pekan: Penumpang Ferry Tujuan Samosir Membludak
METROSIANTAR.com, SIMALUNGUN – Pulau Samosir masih menjadi tujuan masyarakat untuk menghabiskan liburan Paskah sekaligus berakhir pekan. Antrian mobil pribadi menuju pulau yang terletak di tengah Danau Toba ini terlihat memanjang bahkan mengantri hingga berjam-jam di pelabuhan Ferry Ajibata Tobasa, Sabtu (4/4).
”Ini sudah menunggu hingga sekitar sejam. Wajarlah, selain akhir pekan, tentunya banyak orang yang memanfaatkan libur paskah. Saya juga sengaja membawa keluarga dan anak-anak untuk liburan di Samosir karena adanya libur paskah,” jelas Kenedy Parapat, salah seorang anggota DPRD Siantar saat ditemui mengantri di Pelabuhan Ajibata.
Terpisah, salah seorang petugas pelabuhan Ajibata R Manurung, mengatakan, layanan jasa kapal penyeberangan Ajibata – Tomok memiliki dermaga di Ajibata (Tobasa) dan Tomok (Samosir). Layanan jasa ini dikelola oleh swasta dengan mengerahkan dua kapal ferry yang dinamai dengan KMP Tao Toba I dan KMP Tao Toba II. Namun pada hari-hari biasa yang paling sering dipergunakan adalah KMP Tao Toba II.
Sedangkan KMP Tao Toba I hanya difungsikan pada saat-saat tertentu biasanya pada saat membludaknya antrian kenderaan yang ingin menyeberang.
Lanjutnya, pada hari-hari biasa, layanan jasa penyeberangan Ajibata – Tomok ini memiliki jadwal tertentu. Namun pada hari-hari besar (misalnya Imlek, Tahun Baru, Idul Fitri dan Paskah) jadwal ini tidak berlaku lagi. Pada hari-hari besar tersebut KMP Tao Toba I dan II akan dikerahkan secara bersamaan sampai seluruh antrian kendaraan terangkut semuanya.
Sedangkan jadwal penyeberangan pada hari-hari biasa jam keberangkatan 08.30 WIB, 11.30 WIB, 14.30 WIB, 17.45 WIB dan 21.00 WIB. “Jika trip biasa, Ferry masih sempat beristirahat. Namun untuk mengantisipasi lonjakan penumpang armada akan terus beroperasi,” jelasnya singkat.
Berbeda dengan Torop Sihombing, salah seorang warga Siantar yang sempat cekcok saat menunggu antrian di luar gerbang Ferry Ajibata. Dirinya sempat berdebat dengan salah seorang pengutip parkir di luar gerbang Ferry Ajibata.
“Saya bukan tidak mau bayar setiap ada retribusi dari pemerintah. Tapi jangan juga retribusi itu dijadikan tameng untuk melakukan pungli. Saya juga tidak mau mengantri di tepi jalan ini. Tapi kok malah dikutip dengan gaya preman,” jelasnya dengan kesal saat itu. Menurut Torop, sebelumnya dirinya diminta untuk membayar parkir Rp15ribu.
Kemudian karena diminta memberikan karcis resminya, kemudian hanya diminta membayar RP10ribu. Sementara di karcis yang mengatasnamakan pemerintah tersebut hanya tertulis Rp3ribu. Di bawah karcis itu tertulis perda nomor 4 tahun 2012 namun tidak ada tanda tangan petugasnya.
“Kalaulah benar itu retribusinya sesuai dengan yang ditetapkan perda tapi mengapa pula dikutip Rp15ribu. Itu sudah tidak benar. Saya datang untuk berwisata yang artinya memberikan uang ke Tobasa dan Samosir tapi kok malah diperlakukan seperti ini. Bagaimana mengembangkan Danau Toba sebagai destinasi wisata dunia jika pungli masih marak,” keluhnya.
Parapat Sepi Pengunjung
Kunjungan wisatawan pada liburan paskah di Parapat sepi. Warga banyak yang melintas dari kota tersebut menuju Tomok, Tuktuk, Panguruan dan sejumlah objek wisata yang ada di Samosir.
“Udah lebih enak di Samosir. Banyak yang bisa kita nikmati apalagi untuk hari libur waktunya sampai dua-tiga hari. Waktu libur ini lumayan untuk bisa jalan-jalan menikmati pemadangan yang ada. Parapat bisa kita kunjungi sewaktu-waktu karena tidak harus menyeberang. Kapan saja asal kita mau bisa” jelas Mardin Sitanggang, wisatawan local asal Siantar.
Wisatawan lainya, yang sedang mengantri untuk masuk kapal penyeberangan mengakui bahwa selain berkurangnya keindahan Danau Toba yang ada di pinngiran Parapat, keengganan berkunjung di Parapat juga tidak lepas dari sejumlah kutipan liar yang harus dibayar.
“Kita juga kesal. Banyak kali bayaran. Setahu saya, itu tidak pernah ada, sekarang malah banyak. Saat diminta menunjukkan bukti, karcis pembayaran malah tidak bisa ditunjukkan. Kalau pun ada, nilai pembayaran yang tertera di karcis tidak sama dengan yang diminta. Uang parker melebihi dari wajar, retribusi masuk juga. Itu meresahkan” ucap Lisda Damanik yang juga mengaku warga Kota Siantar.