Kawasan Wisata Danau Toba Ditarget Serap 2 Juta Turis
Jakarta, Suarapemred.com – Kementerian Pariwisata dan Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) sepakat mengembangkan kemitraan strategis untuk mengembangkan kawasan Danau Toba guna mengoptimalkan target kunjungan wisata.
Pengurus YPDT, Kamis 26 Maret 2015, mengadakan pertemuan dengan Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Dadang Rizki Ratman. Dalam pertemuan itu, Dirjen juga didampingi Sekretaris Dirjen, Lokkot Ahmad Enda Siregar. Sedangkan dari YPDT hadir antara lain Ketua Umum, Maruap Siahaan, Sekjen Andaru Satnyoto, dan sejumlah pengurus lainnya.
Kedua pihak sepakat, akan menindaklanjuti pertemuan ini dengan fokus grup diskusi, mengingat penting dan luasnya cakupan program terkait kawasan Danau Toba ini. “Kami sepakat, bahwa upaya pengembangan wisata Danau Toba, harus melibatkan kerja bersama semua stakeholder dan dengan kerja yang holistik komprehensif,” kata Andaru saat dihubungi Suarapemred.com, Jumat (27/3).
Ada lima lima stakeholder yang perlu terus bekerjasama dalam mendukung keberhasilan industri wisata di kawasan Danau Toba. Mereka itu adalah, kelompok ahli, bisnis, pemerintah pusat dan daerah, media massa dan komunitas masyarakat, baik komunitas lokal kawasan wisata maupun kelompok pemerhati dan kelompok pressure group seperti YPDT saat ini.
Menurut Andaru, pengembangan pariwisata di Kawasan Danau Toba harus terintegrasi dan menyeluruh. “Jangan hanya parsial. Oleh karena itu, diperlukan blue print pengembangan pariwisata kawasan Danau Toba, “ kata dosen FISIP UKI itu.
Ditambahkan, dalam pertemuan ini, juga disepakati perlunya peningkatan target kunjungan wisata dalam 5 tahun ke depan. Terget optimis disepakati 5 juta orang, atau rata-rata 1 juta orang per tahun. “Sekurangnya target kita 2 juta orang, setara 400 ribu orang per tahun. Sekarang ini kan kunjungan wisata kawasan Danau Toba baru berkisar 240 ribu orang per tahun,” kata Andaru.
Andaru menjelaskan, ada beberapa kesepahaman yang perlu ditindaklanjuti ke depan antara YPDT dan Kementerian Pariwisata. Kedua pihak sepakat, sumber daya manusia perlu dikembangkan secara komprehensif, dengan prioritas pada kabupaten yang telah membuat prioritas pariwisata dalam rencana jangka menengahnya (RPJMD ). Untuk di kawasan Danau Toba, saat ini masih fokus di Kab Samosir dan Tobasa.
Selain itu, perlu dibangun infrastruktur wisata di kawasan danau Toba, baik infrastruktur jalan, pelabuhan untuk kemudahan akses wisata. Tidak kalah pentingnya adalah pembenahan pemukiman. “Harus ada pengembangan dan pembenahan desa-desa wisata di kawasan Danau Toba, dengan prioritas sekitar Danau Toba. Semua itu harus mencerminkan kemudahan akses air bersih dan adanya sanitasi, pengolahan sampah dan limbah cair rumah tangga secara baik. Untuk itu, harus ada dedication program, sehingga dapat dibuat anggaran yang memadai,” kata Andaru.
Andaru menambahkan, ada tiga hal penting yang perlu dilakulan. Pertama, pembenahan usaha atau industri wisata dan peningkatan jumlah dan kualitas even-even wisata. Kedua, kerjasama promosi wisata Danau Toba. Kerjasama ini sangat penting untuk mendorong peningkatan kunjungan wisata yang cukup cepat. Ketiga, keterlibatan masyarakat sebagai subjek dalam kegiatan pariwisata menjadi sebuah keharusan sebagaimana konsep Nawacita yang menjadi landasan kerja pemerintahan Jokowi – JK saat ini.
Usaha pengembangan pariwisata di Kawasan danau Toba, kata Andaru, dapat dikembangkan dengan fokus pada ecotourism, culture tourism dan adventure tourism. Hal ini sangat memerlukan dukungan pelestarian alam hutan dan lingkungan kawasan Danau Toba.
“Konservasi lingkungan ini mutlak perlu, semua sepakat untuk pembangunan Kawasan Danau Toba ke depan lebih mengacu pada standar hijau (go green). Tanpa standar hijau, ungkapan Kawasan Danau Toba sebagai sekeping surga di tanah Sumatra, akan hancur berantakan. Ya, industri wisata hanya jadi angan belaka,” tutur Andaru.