Berita SamosirKegiatan DPP Simarmata

Simataraja dengan Tamba Bersaudara

SIMARMATA.OR.ID-Tersebutlah kisah bahwa di Negeri Tamba tempat berdiam keturunan Tamba ada warisan peninggalan kakek Simataraja yaitu Saragi Tua dan peninggalan ayahnya yaitu Ompu Tuan Binur. Mereka berempat, Lango Raja, Saing Raja dan Simataraja beserta Deak Raja berunding untuk meminta penjelasan tentang warisan yang menjadi hak mereka itu. Dicapai kata sepakat yang akan menjadi utusaan ke Negeri Tamba adalah Ompu Simataraja.

Pada hari baik bulan baik berangkatlah Simataraja ke Negeri Tamba dengan misi “patotahon” bagian peninggalan ayah dan kakeknya. Kedatangan Simataraja disambut oleh dongan sabutuhanya dari keturunan Raja Nai Ambaton yaitu Tamba bersaudara yang terdiri dari: Si Tonggor Dolok, Si Tonggor Tonga-tonga dan Si Tonggor Toruan.

Melalui acara marsisean Tamba bersaudara bertanya tentang maksud dan tujuan kedatangan Simataraja yang dijawab bahwa kedatangan Simataraja adalah untuk bertanya tentang warisan peninggalan kakek dan ayahnya yang ada ditanah Tamba. Atas pertanyaan tersebut Tamba bersaudara mengakui adanya peninggalan Ompu Tuan Binur dan Saragi Tua di tanah Tamba.

Beberapa hari kemudian Tamba bersaudara mengajak Simataraja ke Golat yang ada di tanah Tamba lalu berikrar untuk patotahon Golat keturunan Saragi Tua dan Tamba Tua dengan pembagian sebagai berikut:
Bagian keturunan Tamba Tua adalah Golat ni Sitonggor Dolok, Si Tonggor Tong-tonga dan si Tonggor Toruan.
Bagian Simataraja adalah Golat Saragi Tua sebagai warisan di Negeri Tamba.

Setelah ikrar ini dipastikan, rasa puas menghinggapi masing-masing pihak mengadakan pesta gembira, dengan mengundang semua unsur Dalihan Natolu, tidak ketinggalan dongan tubu, keturunan Raja Naiambaton Nabolon. Pada pesta tersebut mereka mengalahat horbo sitingko tanduk, sijambe ihur, siopat pusoran namalo marege di tonga alaman, melambangkan kegembiraan hati dan kerbau yang mempunyai empat kaki melambangkan kesatuan mereka yaitu; Raja Naimbaton Nabolon. Pada pesta tersebut mereka mengalahat horbo sitingko tanduk, si jambe ihur, si opat pusoran, namalo marege di tonga alaman, melambangkan kegembiraan hati dan kaki kerbau lambang kesatuan dari ke empat mereka yang mardongan sabutuha yaitu:

Simataraja
Si Tonggor Dolok
Si Tonggor Tonga-tonga
Si Tonggor Toruan

Dari kisah tersebut kita dapat mengetahui Ompu Simataraja adalah orang yang mempunyai kemampuan lebih dibanding saudara-saudaranya terbukti beliaulah yang terpilih menjadi utusan, suatu yang kurang lazim dalam masyarakat Batak mengingat hukum Batak yang patrilineal dimana yang tertualah biasanya yang mewakili kepentingan keluarga.

Apakah kemampuan Simataraja yang lebih itu?
Dikisahkan begitu mereka yaitu Simataraja dan Tamba bersaudara mendapat kata sepakat dan tanah warisan sudah di patota, segera diadakan pesta bolon sebab dua belah pihak sudah merasa lega, dan pantas berpesta.

Masalah warisan sudah sejak dahulu menjadi masalah pelik bahkan sampai sekarang, ditambah dengan sifat Batak yang biasanya keras dan tidak suka mengalah maka setiap kali bicara warisan persoalan menjadi sensitif. Tidak jarang karena masalah warisan sesama saudara kandung dapat bertengkar hebat, saling berebut, saling merasa paling berhak bahkan sampai mengakibatkan pertumpahan darah atau perseteruan sampai ke anak cucu, tidak berkesudahan. Meskipun masa kini orang sudah mengenal Akte, surat menyurat, tetap saja masalah warisan menjadi persoalan.

Maka kalau Ompu Simataraja dapat memperoleh apa yang menjadi misinya tanpa mendatangkan rasa sakit hati malah justru merasa puas, itu adalah salah satu kemampuan beliau dalam “marhata”. Suatu bahasa diplomasi ala Batak yang penuh dengan bahasa halus, umpasa-umpasa, tamsil, yang tidak semua orang memilikinya, dan orang seperti ini digelari raja Parhata.

Kemampuan marhata dengan prinsip bukan marsiahut di ibana tetapi seperti ajaran moyang yang berbunyi:
Balintang ma pagabe
Tumondolhon sitadoan
Arinta ma gabe
Molo hita masipaolo-olo an

yaitu prinsip musyawarah untuk mufakat. Atau seperti filsafat Jawa yang berbunyi:
Kalah tanpa bolo, menang tanpa ngasorake
Kalah tetapi tidak rugi, menang tetapi tidak menghina.

Dengan kata lain Ompu Simataraja memiliki kemampuan berkomunikasi yang prima, artinya mampu memilih kata yang tepat pada waktu yang tepat, dan mengendalikan emosi, mau mendengar pendapat orang lain, mampu melihat tidak hanya yang tersurat melainkan juga yang tersirat mempunyai wawasan pemikiran yang luas dan yang terutama mempunyai ketulusan hati.

Kemampuan berkomunikasi, salah satu kemampuan Ompu Simataraja yang patut kita teladani, acapkali kita disalah mengerti, banyak persoalan yang tidak terselesaikan, hal-hal seperti ini adalah akibat kurang harmonisnya komunikasi. Perjalanan punguan kita pun, sejarah mencatat adanya riak-riak kecil karena kurangnya komunikasi. Marilah kita belajar dari kearifan Ompu Simataraja dalam berkomunikasi.
Sumber: Torsa-Torsa Simataraja

Janner Simarmata

Dr. Janner Simarmata, S.T., M.Kom. (C.SP., C.BMC., C.DMP., C.PI., C.PKIR., C.SF., C.PDM., C.SEM., C.COM., C.SI., C.SY., C.STMI INT'l., CBPA., C.WI.) Humas DPP Punguan Pomparan Ompu Simataraja Raja Simarmata Dohot Boruna Se Indonesia, di mana sebelumnya adalah Ketua Bidang Infokom DPP diperiode kepengurusan tahun 2008-2012, 2012-2016 dan 2016-2023. Dia juga yang mengelola website SIMARMATA.OR.ID sejak tahun 2008-2022, kini diangkat menjadi Dewan Pakar DPP.

Artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button